LAHIRNYA GARDAN EMAS
(GERAKAN DAKWAH PENCERAHAN DAN EKONOMI KEMASYARAKATAN)
PR PEMUDA MUHAMMADIYAH SEDAYULAWAS
Oleh: Muhammad Kholis
Diawal kepemimpinan setiap organisasi harus punya visi dan tujuan untuk menentukan arah gerak kedepan guna untuk mewujudkan cita-cita organisasi. Begitu halnya pemuda muhammadiyah Sedayulawas yang pada (24/11/2016) selesai melakukan pergantian kepemimpinan (Musyawarah Ranting) ini merupakan tonggak awal dalam mengukir sejarah. Melihat kondisi dan permasalahan yang ada di desa sedayulawas khususnya, ini menjadi sebuah tanggung jawab bagi pemuda muhammadiyah sedayulawas untuk melakukan perubahan dan perhatian terhadap masyarakat. Yang mana sedayulawas merupakan desa yang padat penduduk dan bisa dikatakan secara ekonomi sedayulawas adalah masyarakat yang berkembang, orang-orangnya sangat konsumtif. Secara keagaman bisa dikatakan sedayulawas adalah pencetak para tokoh dan kiyai. Tetapi ternyata masih ada dari masyarakat sedayulawas yang butuh perhatian khusus dalam hal pendidikan, keagamaan dan ekonomi.
Oleh karena itu pemuda Muhammadiyah Sedayulawas berusaha menjawab tantangan di atas dengan mengambil arah gerak “Gardan Emas” (Gerakan dakwah pencerahan dan ekonomi kemasyarakatan) dengan tujuan nantinya masyarakat sedayulawas lebih berkemajuan.
Melihat pengertian Gardan dan Emas, Gardan (Differential) adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin ke poros roda yang sebelumnya melewati transmisi dan propeller shaft. Sedangkan emas adalah logam mulia berwarna kuning yang dapat ditempa dan dibentuk, biasa dibuat perhiasan seperti cincin, kalung.
Jadi sangat cocok sekali bila Pemuda Muhammadiyah Sedayulawas bisa dikatakan Gardan Emas. Gardan diibaratkan dengan Organisasi pemuda yang mempunyai semangat tinggi. Karena gardan merupakan kumpulan dari beberapa komponen seperti halnya sebuah organisasi yang mempunyai struktur mulai dari ketua sampai anggota. Sedangkan Emas diibaratkan sebagai sikap kritis dan karakter seorang pemuda. Karena emas jika semakin sering digosok maka semakin mengkilap begitu halnya dengan seorang pemuda yang punya spirit untuk maju dan ingin perubahan. Semakin lama pemuda itu belajar maka semakin cerdas pula pemuda itu.
Memahami makna dari Gardan Emas (Gerakan Dakwah Pencerahan dan Ekonomi Kemasyarakatan)
- Gerakan Dakwah Pencerahan
Dakwah pencerahan (da’wah tanwiriyyah) merupakan terminologi dakwah yang relatif baru, meskipun dakwah Islam sejak awal sejatinya adalah dakwah pencerahan. Istilah dakwah pencerahan ini banyak dipopulerkan oleh Pimpinan Pusat Muhammmadiyah. Menurut Prof Dr Din Syamsuddin, Muhammadiyah dewasa ini harus mengembangkan model dakwah pencerahan, yaitu dakwah yang membebaskan (tahrir), memberdayakan (taqwiyah), dan memajukan (taqdim). Inilah tiga kunci dakwah pencerahan yang menjadi elan vital gerakan Muhammadiyah.
Dakwah Islam mengandung arti panggilan, seruan, dan ajakan untuk berislam, atau menjadikan Islam sebagai way of life sekaligus sistem nilai yang mengatur kehidupan ini. Syariat Islam itu sendiri, menurut Ibn Taimiyah dalam Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, dibumikan untuk mewujudkan dan menyempurnakan kemaslahatan hidup, sekaligus menolak dan meminimalkan kerusakan dan kebangkrutan hidup manusia. Tujuan utama dakwah Islam adalah mewujudkan tatanan kehidupan manusia yang penuh kemaslahatan (kebaikan dan kebahagiaan), bukan kemafsadatan (kerusakan) dan kebangkrutan.
Dakwah Islam itu, pertama-tama harus berorientasi kepada pembebasan manusia dari kegelapan hidup (zhulumat) menuju cahaya pencerahan (nur), yaitu dari kegelapan kekufuran menuju cahaya iman; dari kemaksiatan menuju cahaya ketaatan; dan dari kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan. Kedua, dakwah Islam diaktualisasikan dalam bentuk penyampaian misi Islam secara sempurna kepada umat manusia. Ketiga, menjaga dan melindungi agama Islam dari kesia-siaan dan penakwilan orang-orang yang tidak memahaminya dengan baik. Keempat, dakwah Islam juga berperan mewujudkan rasa aman, perdamaian, dan stabilitas sosial politik di negeri Muslim maupun non-Muslim.
Dakwah pencerahan merupakan paradigma baru mendakwahkan Islam sebagai sumber nilai, ajaran, dan spirit gerakan. Dakwah pencerahan Muhammadiyah bukan semata-mata tabligh (menyampaikan ajaran), melainkan ikhraj wa tahrir (membebaskan) manusia dari segala bentuk keyakinan palsu yang menyelimuti hati dan pikirannya. Pada tataran tahrir, dakwah pencerahan tidak hanya menyelamatkan akidah Islam, melainkan juga membangun sistem keyakinan yang benar, kokoh, dan terbebas dari segala bentuk kemusyrikan, seperti syirik teologi, politik, sosial ekonomi, bahkan syirik hawa nafsu.
- Ekonomi Kemasyarakatan
Muhammadiyah dengan berbagai amal usahanya, terus maju dan berkembang. Tentunya tidak sedikit halangan dan tantangan yang dialami Muhammadiyah. Dengan kesabaran dan tawakkal Muhammadiyah dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dan mengalami perkembangan yang baik. Karena semakin meluasnya perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang kemasyarakatan, maka Muhammadiyah membentuk kesatuan-kesatuan kerja bidang kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai badan pembantu persyarikatan. Kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan lainnya. Majelis yang menangani bidang sosial ekonomi adalah majelis ekonomi.
Majelis ekonomi Muhammadiyah mempunyai tugas seperti tersebut di dalam kaidah majelis Ekonomi, yang pada pokoknya adalah :
1. Konseptual, yaitu merumuskan dasar, tujuan serta sistem ekonomi menurut ajaran Islam.
2. Praktikal, yaitu menggerakkan dan menghimpun kegiatan-kegiatan ekonomi warga persyarikatan sesuai bakat masing-masing dan sepanjang sesuai dengan ajaran Islam.
Menurut kaidah tersebut, majelis ekonomi langsung menangani bidang konseptual, sedangkan bidang praktikal, Majelis ekonomi tidak menjalankannya sendiri, akan tetapi mengerahkan anggota-anggota persyarikatan. Dalam menjalankan kaidah tersebut tentunya tidak sedikit hambatan yang dialami Majelis Ekonomi. Di antara faktor penghambat tersebut adalah: Pertama, banyaknya jabatan rangkap warga Muhammadiyah. Sebagian besar pengurus Muhammadiyah adalah pegawai negeri sipil. Kedua, faktor biaya, dalam soal biaya, memang Muhammadiyah berjalan tanpa biaya yang pasti. Seiring dengan perjalanan waktu, Majelis Ekonomi terus melakukan usaha pengembangan ekonomi yang berbasis masyarakat. Maka pada Muktamar ke-43 di Banda Aceh nama Majelis Ekonomi dipertegas menjadi majelis Pembina Ekonomi. Dari nama itu tersimpul bahwa Muhammadiyah mulai mengemban misi membina ekonomi umat. Sejak periode kepengurusan M. Amin Rais, kegiatan Majelis Pembina Ekonomi Muhammadiyah mulai diarahkan. Pada dasarnya, Majelis Pembina Ekonomi Muhammadiyah akan membina ekonomi umat melalui tiga jalur :
1. Mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang mempresentasikan kekuatan ekonomi organisasi Muhammadiyah.
2. Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah.
3. Memberdayakan anggota Muhammadiyah di bidang ekonomi dengan mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah.
Sebagai organisasi dakwah, pendidikan, dan sosial, Muhammadiyah mendasarkan diri pada surat al- Ma'un. Pada pokoknya, isi surat al- Ma'un tersebut menggugah tanggung jawab sosial keagamaan kalangan ekonomi atas agar menyisihkan sebagian kekayaan atau pendapatannya untuk diberikan kepada yang berhak, terutama kaum miskin. Dalam perkembangan dan kondisi masyarakat yang sudah berubah, peranan Muhammadiyah sebagai organisasi tidak hanya sebagai pembangkit tanggung jawab sosial ekonomi, namun juga harus dapat melakukan pemberdayaan, antara lain dengan mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah. Kepada lapisan bawah, Muhammadiyah dihadapkan kepada tantangan untuk membangun etos kerja yang sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya, yang tentunya etos kerja yang berlandaskan Islam.
Muhammadiyah juga harus memilki kepedulian terhadap etika bisnis. Kegiatan bisnis sangat membantu usaha-usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pada pokoknya, kegiatan bisnis meliputi perdagangan, pembelanjaan, dan pemberian informasi. Kegiatan bisnis bagi Muhammadiyah merupakan bagian yang amat penting untuk memperlancar gerakan Muhammadiyah mencapai tujuannya. Di samping itu, gerakan ekonomi Muhammadiyah akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan mengatasi problem pengangguran yang semakin besar. Kegiatan amal usaha Muhammadiyah yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan dan kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat bisnis, karena dalam pengembangan badan amal usaha itu terjadi transaksi jual beli barang dan jasa yang diperlukan oleh badan amal usaha tersebut. Oleh sebab itu, Muhammadiyah perlu memikirkan secara profesional gerakan ekonominya sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Setidaknya ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh oleh Muhammadiyah dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat. Pertama, pendekatan struktural yang bertujuan mempengaruhi kebijaksanaan publik agar terbuka akses rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi. Kedua, pendekatan fungsional dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan mengalokasikan secara efisien dan produktif sumber daya yang dapat dihimpun. Ketiga, pendekatan kultural dengan mengembangkan nilai yang memperkuat etos kerja dan etika bisnis.
Di samping itu, ada beberapa bidang kegiatan usaha yang perlu menjadi focus perhatian gerakan ekonomi Muhammadiyah untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, antara lain:
1. Lembaga Keuangan
Uang yang dapat berputar di antara badan amal usaha Muhammadiyah ini tentulah sudah amat besar. Sebagai indikatornya, antara lain adalah pengadaan obat untuk Rumah sakit milik Muhammadiyah di Jakarta, demikian pula pemasukan uang SPP salah satu Universitas Muhammadiyah. Di mana lembaga keuangan ini diharapkan bisa mengambil bentuk perbankan pada umumnya atau lembaga keuangan lebih khusus untuk keperluan internal dan pembiayaan serta pengembangan usaha.
2. Industri
Sektor industri yang perlu segera dikembangkan adalah industri yang menunjang pengadaan barang atau perlengkapan yang diperlukan secara rutin oleh badan amal usaha Muhammadiyah, seperti industri obat-obatan, industri kertas, dan lain-lain.
3. Trading
Usaha trading ini dapat dilakukan dalam skala yang besar, di mana basis penunjangnya sudah ada pada unit-unit usaha kecil, kemudian dikelola secara modern menggunakan teknologi canggih. Trading ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar