ORGANISASI DAN ASMARA
Oleh: Muhammad Kholis
Berbicara mengenai organisasi, maka harus faham terlebih dahulu arti dari sebuah organisasi. Karena ketika organisasi di campur adukan dengan kepentingan yang lain baik itu asmara maka organisasi itu akan melenceng dari visi dan tujuan organisasi.
Pengertian organisasi Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan orang-orang di bawah pengarahan manajer (pimpinan) untuk mengejar tujuan bersama. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari pengertian menurut para tokoh di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
sedangkan Organisasi di bedakan menjadi 2 macam yaitu Organisasi Informal dan Organisasi Formal, Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar, serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya. Dan Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD dan lain-lain.
Dalam pergulatan dinamika kampus dikenal istilah "aktivis" untuk menyebut mahasiswa/mahasiswi yang menghabiskan waktunya berorganisasi di luar kegiatan perkuliahan. Mereka biasanya tergabung dalam berbagai organisasi, baik ektra kampus maupun intra kampus. Merujuk kepada organisasi yang diikuti, para aktivis ini bisa dikategorisasikan dalam berbagai varian. Salah satu varian itu adalah "aktivis dakwah kampus" yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Selain bergabung dalam forum dakwah intra kampus, para aktivis ini juga berafiliasi dengan berbagai organisasi Islam yang lebih besar seperti IMM (underground Muhammadiyah), PMII (underground NU), KAMMI (underground PKS), atau tergabung kepada jama'ah dakwah yang sifatnya transnasional seperti Salafy, HTI, ataupun Jama'ah Tabligh.
Kebutuhan akan eksistensi organisasi, tentu ada banyak kegiatan yang harus dilaksanakan. Apalagi perebutan kader baru di kampus memerlukan energi ekstra dan promosi besar-besaran. Terkadang harus sikut-sikutan untuk mendapatkan kader baru potensial. Belum lagi kerja keras untuk mengajak mahasiswa/mahasiswi baru untuk bergabung. Beberapa organisasi dakwah kampus bahkan melakukan upaya jemput bola ke SMA-SMK. Tidak hanya melakukan proses rekruitmen, para aktivis dakwah kampus juga disibukkan dengan kegiatan-kegiatan keislaman rutin. Ada yang harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Intensitas pertemuan yang sering di lakukan organisasi telah membuat anggota memiliki ikatan emosional satu sama lain. Tak dapat dipungkiri kedekatan di antara pimpinan maupun anggota organisasi yang laki-laki dengan perempuan juga tak dapat dielakkan. Saat itulah keakraban bermetamorfosa menjadi rasa cinta. Dari situlah muncul sesuatu hubungan asmara antara sesama anggota.
Berbicara mengenai asmara Menurut KBBI pengertian asmara adalah perasaan senang kepada lain jenis (kelamin); Asmara bisa diartikan dengan (rasa) cinta: hatinya gundah karena dilanda. Asmara tidak bisa di paksa dan di tunda, karena asmara adalah sebuah fitrah setiap manusia. Asmara sering terjadi dikalangan remaja, pemuda dan orang dewasa. Asmara hadir karena ada suatu hubungan dari dua orang yang saling sama persepsi dan ada rasa antara keduanya.
Rasa cinta sesama aktivis juga bisa muncul karena seringnya berinteraksi di antara mereka, awalnya mungkin berinteraksi untuk kepentingan organisasi tapi lama-lama muncullah baper di antara mereka. Meskipun interaksi antara aktivis laki-laki dan perempuan dibatasi dengan aturan-aturan dalam organisasi tapi tetap saja potensi munculnya rasa cinta itu tetap saja ada, kita tahu sendiri bagaimana setan juga bisa menjadi faktor munculnya rasa cinta itu, bisikan-bisikan itu mulai muncul di hati.
Ketika salah satu anggota organisasi dilanda dengan jatuh cinta dengan anggota yang lain ini bisa menjadi sebuah dilema dan ujian berat bagi yang menyadarinya. Karena Seorang organisatoris yang notabene dibebani amanah untuk menjadi tauladan bagi teman-teman lain yang non organisatoris dalam bersikap dan menjalani pergaulan tentunya sudah tahu bagaimana aturan-aturan pergaulan dalam Islam. Mereka pasti sudah tahu bahwa tidak ada jalan lain bagi orang yang sedang jatuh cinta selain menikah. Namun mereka sendiri sadar bahwa mereka belum siap menjalani pernikahan karena masih merasa ada banyak impian yang harus diwujudkan. Saat itulah seorang organisatoris merasa tertekan dan sangatlah bimbang. Banyak diantara mereka yang berhasil mengatasi masalah ini dengan kembali mentauhidkan diri pada Illahi dan mengikhlaskan cinta itu pergi karena yakin bila jodoh pasti akan kembali. Namun tak sedikit diantara mereka yang terjebak dengan TTM (Ta’aruf tapi mesra). Mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Sering sms an berkedok dakwah dan saling mengingatkan padahal itu semua adalah bisikan-bisikan setan yang menghancurkan. Jika hal ini terjadi terus menerus dan diketahui oleh orang umum yang bukan anggota dari organisasi tentunya ini akan sangat merusak citra organisasi itu sendiri.
Ada suatu cerita seorang ustadz yang menjadi pembimbing jamaah di UGM menceritakan kedatangan seorang aktivis ke rumahnya. Dengan tersedu-sedu sang pemuda ini mengatakan, "Ustadz, saya mau taubat. Saya malu sama Allah. Saya hina, Ustadz". Ustadz yang melihat gelagat tak biasa dari ikhwan ini mencoba untuk menenangkan, "Iya, tapi masalah antum apa?". Setelah menghirup nafas panjang barulah sang pemuda bercerita: "Begini Ustadz, beberapa hari yang lalu seperti biasa saya beraktivitas di sekretariat. Duduk di depan komputer membuat beberapa laporan kegiatan organisasi. Ketika saya asyik mengutak-atik keyboard, satu per satu teman pamit pulang ke kos. Tanpa saya sadari tinggallah saya berdua dengan seorang akhwat yang kebetulan menjabat sekretaris organisasi. Dia juga sibuk di depan komputer. Telah lama saya menyukai akhwat ini, tapi saya belum berani menyatakan perasaan saya. Orangnya cantik, smart, dan militan banget. Saya-pun menghampirinya. Dengan tersedat saya memberanikan menyampaikan sesuatu. 'Ukhti, telah lama kita sama-sama mengurus dan bekerja untuk kemajuan organisasi ini. Hari demi hari saya terpukau dengan pengorbanan yang telah ukhti lakukan untuk organisasi. Terus terang Ukhti, saya menyukai antum.' Sang akhwat-pun tertunduk, tersipu malu. Hatinya bergemuruh, iapun juga menyukai pemuda penuh dedikasi yang saat ini duduk di hadapannya. Tak tahan dengan gelojak di dadanya, sang ikhwan kemudian kembali menyusun kata-kata. 'Ukhti, ana mencintai anti. Bolehkan ana memegang tangan anti?' Sang akhwat mengangguk pelan. Merasa mendapat peluang, sang ikhwan-pun menjulurkan tangannya mendekati tangan sang akhwat yang berpangku di atas paha. Tangan sang pria kemudian mengenggam tangan sang gadis. Semakin lama semakin erat, seolah sedang mengalirkan gelombang cinta. Kemudian sang ikhwan bergumam, 'Ukhti, aku teramat cinta padamu. Boleh aku mengecup keningmu?'. Sang akhwat terbuai alunan asmara, kembali mengangguk pelan sebagai tanda mengiyakan. Mulailah kepala sang pria bergerak menuju face sang akhwat. Hingga terjadilah ciuman romantis di antara dua anak manusia ini".
Tapi kasus-kasus cinta bersemi di antara aktivis hingga berlanjut seperti dua anak muda yang saling pacaran, teramat sering kita temui. Tentu pertanyaannya, apakah sesama aktivis tidak boleh jatuh cinta? Kita harus menyadari sepenuhnya, meskipun para aktivis organisasi telah dibalut dengan aturan-aturan serta kode etik yang menjaga mereka untuk tidak jatuh dalam jeratan kemaksiatan di antara lawan jenis sebagaimana yang diajarkan oleh agama, namun mereka juga manusia biasa yang punya perasaan, rasa suka, mata yang menyenangi kecantikan/ketampanan, dan hati untuk mencinta ataupun dicintai. Namun, posisi mereka yang sudah kadung dianggap sebagai "orang suci" oleh komunitas mahasiswa secara umum, membuat perilaku pacaran ala aktivis mendapat cibiran dan cemoohan yang menyakitkan. Memang tak mudah menjadi aktivis. Tidak hanya harus bercapek-capek mengurusi aktivitas di organisasi, tapi harus juga menjaga diri. Tapi itulah konsekuensi sebagai aktivis organisasi. Ada kode etik tersendiri yang mesti diikuti. Tapi apakah dengan kode etik dan amanah untuk menjaga nama baik organisasi itu. Sering rapat bersama, keluar kota bersama, berlelah-lelah bersama lewat berbagai kegiatan tak menutup kemungkinan adanya rasa simpati, empati, dan rasa memiliki. Ketika semua rasa kepedulian itu meningkat menjadi rasa cinta, maka segeralah benahi hati. Jika memang sudah tak dapat dibendung lagi tentu memutuskan untuk melamar sang "pencuri hati" perlu segera dilakukan. Agar semua yang haram menjadi halal, dan kehormatan nama aktivis tetap dipertahankan. Cinta Bersemi Sesama Aktivis memang keniscayaan yang tak dapat dipungkiri.
Lalu bagaimana solusi yang terbaik bagi seorang aktivis organisasi yang terbawa hubungan asmara? Berikut tipsnya:
Bagi para ikhwah yang memang sudah siap untuk menikah, khususnya para ikhwan, nggak usah ditunda-tunda lagi kalo memang keadaannya sudah memungkinkan. Bagi para akhwat, nggak ada salahnya untuk meminta kepada orang tua atau kerabatnya untuk mencarikan ikhwan yang sholih yang sudah siap datang mengkhitbah. Karena hal yang demikian ini lebih selamat bagi para remaja yang sudah tidak bisa lagi membentengi diri dari berhubungan lawan jenis di luar nikah.
Kaitannya dengan hal ini Nabi saw telah bersabda :
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan (menghidupi rumah tangga), maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya, perhikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barangsiapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual. ” [Riwayat Muslim].
Dan dalam lafadz riwayat imam Tirmidzi :
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ عَلَيْكُمْ بِالْبَاءَةِ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, menikahlah! Karena (nikah) itu lebih bisa menjaga pandangan dan kemaluan kalian. Barangsiapa yang belum mampu, mala hendaklah ia berpuasa. Sebab, puasa itu adalah perisai. ”
Dari dua hadist itu pasti sudah faham apa yang harus kita lakukan sebelum terlanjur. Dan jangan mempunyai statment berasmara itu tidak baik, tinggal siapa yang menjalankannya. Mari kita jaga organisasi kita, karena organisasi bukan milik satu orang. Kolektif dalam berorganisasi sangatlah utama. “Jagalah hati jangan kau nodai, jagalah organisasi untuk kebaikan generasi”. Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan dalam menjalankan amanah organisasi tanpa perlu adanya fitnah akibat asmara. Amiin..
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2016/05/25/80688/ketika-ada-fitrah-organisasi-dakwah/#ixzz4RRaGUHhC
http://m.kompasiana.com/grejogja/cbsa-cinta-bersemi-sesama-aktivis_54ff799ca33311934a5104bc
http://kbbi.web.id/asmara
http://ryusaki69.wordpress.com/2010/05/20/budaya-organisasi/
http://korllstikomahngbloks.blokspot.com
http://wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar